PERKEMBANGAN
KEAGAMAAN PADA REMAJA
DOSEN
PEMBIMBING
MUHAMMAD
MUNIR AN-NABAWI, M.Psi
DISUSUN
OLEH:
MUTIA (2017320133)
NADILA
SARI (2017320105)
BADRATUN
NAFIS (2017320100)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
FAKULTAS
USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
TAHUN
AJARAN 2017/2018
s
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Perkembangan
Keagamaan pada Remaja” tepat pada waktunya. Tidak lupa pula shalawat dan
salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana beliau telah
mengangkat derajat manusia dari alam tidak berpengetahuan kepada alam yang
penuh akan ilmu pengetahuan.
Kami
juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen yang membimbing mata
kuliah Psikologi Agama pada semester ini. Dalam penulisan makalah ini kami juga
terlebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi makalah ini
ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat yang kurang tepat.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik
dan benar.
Lhokseumawe,
10 Apr. 18
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Remaja telah melalui proses
pembinaan diri dalam waktu yang cukup lama, sejak lahir sampai remja. Waktu dan
kondisi serta berbgai peristiwa yang dilaluinya telah banyak membawa hasil
dalam berbagai bentuk sikap dan modal kelakuan. Dapat dibayangkan betapa veriatifnya
sikap dan kelakuan itu karena masing-masing telah terbina dalam berbagai
kondisi dan situasi keluarga, sekolah, dan lingungan yang berlainan satu sama
lain.
Sikap keberagamaan adalah suatu
kondisi diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk bertingkahlaku sesuai
kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut disebabkan oleh
adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif,
perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif, dan perilaku terhadap agama
sebagai unsur konatif. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sikap kegamaan
merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama,
serta tindak keagamaan dalam diri seseorang hal ini menunjukkan bahwa sikap
keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana perkembangan jiwa keagamaaan pada remaja ?
2.
Apa saja ciri-ciri perkembangan jiwa
keagamaan pada remaja ?
3.
Bagaimana sikap remaja terhadap
agama ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Jiwa Keagamaan pada Remaja
1. Perkembangan
Rasa Agama
` Dalam pembagian tahap perkembangan
manusia, maka masa remaja menduduki masa progresif. Dalam pembagian yang agak
terurai masa remaja mencakup masa juvenilitas (adolescantium), pubertas, dan
nubilitas.[1]
Sejalan
dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut
dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap
pengajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Perkembangan
agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembanga n rohani dan
jasmaninya, perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a. Pertumbuhan
Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan
beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu
menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain
masalah agama mereka pun sudah tertarik pada kebudayaan, sosial, ekonomi, dan
norma-norma kehidupan lainnya.
Dari hasil ini
dimyatakan bahwa agama yang ajarannya
bersifat lebih konservatiflebih banyak berpengaruh bagi remaja untuki tetap
taat pada ajaran agamanya.
Sebaliknya, agama yang
ajarannya kurang konservatis-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang
pengembangan pikiran dan mental para remaja, sehingga mereka banyak meniggalkan
ajaran agamanya.[2]
b. Perkembangan
Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada
masa remaja. Perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk
menghadapi perikehidupan yang terbiasa dengan lingkungannya. Kehidupan religius
akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat kearah hidup yang religius pula.
Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat pemdidikan dan siraman ajaran
agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong oleh
perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah
tindakan seksual yang negatif.
c. Pertimbangan
Sosial
Corak keagamaan para
remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan
mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat
bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi
kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya umtuk
bersikap materialis.
d. Perkembangan
Moral
Perkembangan moral para
remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe
moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
1) Self-directive,
taat terhadap agama atau moral berdasrkan pertimbangan pribadi.
2) Adaptive,
mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3) Submissive,
merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4) Unadjusted,
belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5) Deviant,
menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.[3]
e. Sikap
dan Minat
Sikap dan minat remaja
terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung
dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka(besar
kecil minatnya)
f. ibadah
Hanya 17% mengatakan
bahwa sembahyang bermamfaat untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sedangkan 26% di
antaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media untuk
bermeditasi.[4]
B.
Konflik
dan Keraguan
Dari
sampel yang diambil W.Starbuck terhadap mahasiswa Middleburg college, tersimpul
bahwa dari remaja usia 11 – 26 tahun terdapat : 53% dari 142 mahasiswa yang
mengalami konflik dan keraguan tentang ajaran agama yang mereka terima, cara
penerapan, keadaan lembaga keagamaa, dan para pemuka agama. Hal yang serupa
ketika diteliti terhadap 95 mahasiswa, maka 75% di antaranya mengalami kasus
yang serupa.[5]
Dari
analisis hasil penelitiannya W.Starbuck menemukan penyebab timbulnya keraguan
itu antara lain adalah faktor :
1.
kepribadian,yang
menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin.
a.
Bagi seseorang
yang memiliki kepribadian introvert, maka kegagalan dalam mendapatkan
pertolongan Tuhan akan menyebabkan salah tafsir akan sifat tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang.Misalnya,seseorang memohon penyembuhan terhadap
keluarganya yang sakit.Jika doanya ternyata tidak terkabul akan timbullah keraguan
akan kebenaraan sifat ketuhanan tersebut.Hal yang demikian utu akan lebih
membekas pada diri remaja yang sebelumnya adalah penganut agama yang taat.
b.
Perbedaan jenis
kelamin dan kematangan merupakan faktor yang menentukan dakam keraguan
agama.Wanita yang lebih cepat matang dalam perkembangannya lebih cepat
menunjukkan keraguan daripada ramaja pria.Tetapi sebaliknya,dalam kualitas dan
kuantitas keraguan remaja putri lebih kecil jumlahnya.Disamping itu, keraguan
wanita lebih bersifat alami sedangkan pria bersifat intelek.
2. Kesalahan
Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Ada
beberapa lembaga keagamaan, organisasi, dan aliran keagamaan yang kadang –
kadang menimbulkan kesan adanya pertentangan dalam ajarannya. Pengaruh ini
dapat menjadi penyebab timbulnya keraguan para remaja.demikian pula tindak –
tanduk pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntutan agama.
3. Pernyataan
Kebutuhan Manusia
Manusia
memiliki konservatif (senang dengan yang sudah ada ) dan dorongan curiosity
(dorongan ingin tahu). Berdasarkan faktor bawaan ini maka keraguan memang harus
ada pada diri manusia, karena hal itu merupakan pernyataan dari kebutuhan
manusia normal. Ia terdorong untuk mempelajari ajaran agama dan kalau ada
perbedaan – perbedaaan yang kurang sejalan dengan apa yang telah dimilikinya
akan timbu keraguan.
4. Kebiasaan
Seseorang
yang terbiasa akan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu menerima
kebenaran ajaran yang baru diterimanya atau dilihatnya.
5. Pendidikan
Dasar
pengetahuan yang dimiliki seseorang serta tingkat pendidikan yang dimilikinya
akan mempengaruhi sikapnya terhadapajaran agama. Remaja yang terpelajar menjadi
lebih kritis terhadap ajaran agamanya, terutama yanng banyak mengandung ajaran
yang bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk
menafsirkan ajaran agama yang dianutnya itu secara lebih rasional.
6. Pencampuran
anatara Agama dan Mistik
Para
remaja merasa ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik. Sejalan
dengan perkembangan masyarakat kadang – kadang secara tidak disadari tindak
keagamaan yang mereka lakukan ditopang oleh praktik kebatinan dan mstik.
Penyatuan unsur ini merupakan suatu dilema yang kaburb bagi para remaja.
Secara
individu sering pula terjadi keraguan yang disebabkan beberapa hal antara lain
mengenai:
1.
Kepercayaan,
menyangkut masalah ke-Tuhanan dan implikasinya
2.
Tempat suci
3.
Alat
perlengkapan keagamaan
4.
Fungsi dan tugas
staf dalam lembaga keagamaan
5.
Pemuka agama
6.
Perbedaan aliran
dalam keagamaan.
Keraguan – keraguan
yang demikian akan menjurus kearah munculnya konflik dalam diri para remaja,
sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antara mana yang baik dan mana yang
buruk, serta mana yang benar dan mana yang salah.[6]
Konflik ada beberapa macam
diantaranya:
1.
Konflik yang
terjadi anatara percaya dan ragu
2.
Konflik yang
terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau ide keagamaan serta
lembaga keagamaan
3.
Konflik yang
terjadi pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme
4.
Konflik yang
terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang
didasarkan atas petunjuk Ilahi.
Tingkat
keyakinan dan ketaatan beragama para remaja, sebenarnya banyak tergantung dari
kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam
diri. Usia remaja memang dikenal sebagai usia rawan.remaja memiliki
karaakteristik khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Secara fisik
remaja mengalamipertumbuhan yang pesat, dan sudah menyamai fisik orang dewasa.
Namun, pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara oleh
perkembangan psikologisnya.kondisi seperti itu menyebabkan remaja mengalami
kelabilan.
Dalam
kenyataannya apa yang dialami oleh remaja selalu berbeda dengan apa yang mereka
inginkan. Nilai – nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi kekosongan
batin mereka terkadang tidak sepenuhnya sesuai harapan. Sejalan dengan
perkembangan inteleknya, remaja serimg dibingungkan oleh adanya perbedaan
ajaran agama yang mereka terima. Secara logika remaja berpegang pada prinsip,
bahwa bila agama merupakan ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa,
mengapa dalam informasi mereka terima dijumpai berbagai perbedaan.[7]
Nilai
– nilai agama sebenarnya dapat difungsikan. Tokoh dan pemuka agama memiliki
peran strategis dalam mengatasi kemelut batin remaja, bila mereka mampu
melakukan pendekatan yang tepat. Sebaliknya bila gagal, maka kemungkinan yang
terjadi adalah para remaja akan menjauhkan diri dari agama, mencari agama baru,
atau rujuk ke nilai - nilai agama yang dianutnya dan mengubah sikap menjadi
lebih taat.
Aspek
– Aspek yang terdapat dalam Ajaran Agama
a)
Aspek Kognitif
Pada
aspek kognitif nilai – nilai ajaran agama diharapkan dapat mendorong remaja
untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal.
b)
Aspek Afektif
Pada
aspek afektif diharapkan nilai – nilai ajaran agama dapat memperteguh sikap dan
perilaku keagamaan.
c)
Aspek Psikomotor
Pada
aspek psikomotor diharapkan akan mampu menanamkan kerikatan dan keterampilan
lakon keagamaan.
Melaui
pendekatan dan pemetaan niai – nilai ajaran agama yang lengkap dan utuh seperti
itu, setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja, bahwa agama bukan alat
sebagai pemasung kreativitas manusia, melainkan pendorong utama. Dengan
demikian, diharapkan remaja akan termotivasi untuk mengenal ajaran agama dalam
bentuk sebenarnya. Agama yang mengandung nilai – nilai ajaran yang sejalan
dengan fitrah manusia, universal, dan bertumpu pada pembentukan sikap akhlak
mulia.[8]
C.
Ciri-ciri
perkembangan jiwa keagamaan pada remaja
Menurut Zakiyah masih ada beberapa
patokan umum yang menjadi ciri yang dialami oleh remaja dalam perkembangan jiwa
keagamaannya, antara lain sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan jasmani secara cepat telah selesai
Hal ini berarti bahwa dari segi
jasmanianh mereka telah matang. Artinya segala fungsi jasmaniah mulai atau
telah dapat bekerja. Kekuatan jasmani mereka dapat dianggap sama dengan orang
dewasa demikian pula segi seks. Mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan
jasmani dari luar dan dalam yang telah matang itu akan mengakibatkan timbulnya
dorongan seks, yang perlu mendapat perhatian.
2.
Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai
Pada usia remaja, mereka telah mampu memahami hal-hal yang abstrak dan
sekaligus telah mampu mengambil kesimpulan abstrak dari sesuatu yang bersifat
indrawi. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu, mereka selalu menuntut
penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hukum agam yang dibawakan
kepadanya.
3.
Pertumbuhan pribadi belum selesai
Hal ini berarti bahwa dalam usia ini, pribadi mereka masih mengalami
kegoncangan dan ketidak pastian. Dari segi jasmaniah mereka merasa cukup matang
dan seperti orang dewasa demikian pula dalam hal kecerdasan mereka merasa telah
mampu berfikir objektif dan dapat mengambil kesimpulan. Pada masa muda
digambarkan sebagai gerak peralihan dari cara berfikir konkret ke cara berfikir
proposisional. Akan tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri belum sanggup
mencari nafkah untuk membiyayai sendiri segala kebutuhannya.
4.
Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan
Pada umur ini, mereka merasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi
remaja. Mereka kan merasa sangat sedih apabila diremehkan atau dikucilkan dari
masyarakat dan teman-temannya. Karena itu mereka tak mau ketinggalan dari mode
atau kebiasaan teman-temannya. Erik Erikson telah menekankan sifat krisis
pergulatan orang muda untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan
untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup atas harga
diri, peran untuk berhubungan dengan orang lain.
5.
Keadaan jiwa agama yang tak stabil
Remaja pada umur-umur ini mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan
beragama. Misalnya, mereka kadang-kadang sangat tekun menjalankan ibadah tetapi
pada waktu lain, enggan melaksanakannya bahkan mungkin menunjukkan sikap
seolah-olah anti agama.
D.
Sikap remaja
terhadap agama
\Sikap dan
minat remaja terhadap masalah keagamaan dapat dikatakan sangat bergantung pada
kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi besar kecil mereka
terhadap masalah keagamaan.
Menurut Zakiah membagi siakap remaja
terhadap masalah keagamaan sebagai berikut:
a.
Percaya turut-turutan
Sesungguhnya
kebanyakan remaja yang percaya kepada tuhan dan menjalankan ajaran agama adalah
mereka yang terdidik dalam lingkungan yang bergama, ibu bapaknya orang yang
beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah. Oleh karena
itu, merekapun ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama,
sekedar mengikuti suasana lingkungan dimana dia hidup. Kepercayaan seperti
inilah yang disebut kepercayaan yang turut-turutan.
b.
Percaya dengan kesadaran
Kesadaran
atau semangat keagamaan pada masa remaja dimulai dengan kecenderungannya untuk
meninjau dan meneliti ulang cara ia beragama dimasa kecil dulu. Oleh karena
itu, ia tak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja. Biasanya, semangat
keagamaan itu tidak terjadi sebelum umur 17 atau 18 tahun. Semanagat keagamaan
itu mempunyai dua bentuk yaitu semangat positif dan semnagat kuratif.
c.
Percaya tetapi agak ragu-ragu
(bimbang)
Kebimbangan
remaja terhadap agama itu tak sama, antara satu dengan lainnya sesuai dengan
kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan, yang
dengan cepat dapat diatasi dan ada yang sangat berat sampai membawanya berubah
agama.
d.
Tak percaya sama sekali (tak percaya
kepada tuhan)
Ketidakpercayaan
sama sekali kepada tuhan tidak terjadi sebelum umur 20 tahun. Mungkin saja,
terjadi pengakuan dari seseorang remaja bahwa ateis, tetapi ketika dianalisis
dibalik keingkarannya itu tersembunyi kepercayaan terhadap tuhan. Dalam hal
seperti inilah kebanyakan remaja dibawah umur 20 tahun mengaku atau menyangka
ia tidak percaya kepada tuhan, tetapi sesungguhnya pengakuan tersebut hanyalah
proses atau ketidakpuasan terhadap tuhan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan agama pada para remaja
di tandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan
itu antara lain menurut W.Starbuck
adalah:
1. Pertumbuhan
pikiran dan mental
2. Perkembangan
perasaan
3. Pertimbangan
sosial
4. Perkembangan
moral
5. Sikap dan
minat
Ciri yang dialami oleh remaja dalam perkembangan
jiwa keagamaannya, antara lain sebagai berikut:
1. Pertumbuhan
jasmani secara cepat telah selesai
2.
Pertumbuhan kecerdasan hampir
selesai
3.
Pertumbuhan pribadi belum selesai
4.
Pertumbuhan jiwa sosial masih
berjalan
5. Keadaan jiwa
agama yang tak stabil
B.
KRITIK dan
SARAN
Demikian makalah yang dapat kami
sampaikan, sekiranya isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kami megharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah yang selanjutnya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam makalah kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996)
Bambang Syamsul Arifin , Psikologi Agama,
(Bandung: CV.Pustaka Setia, 2008)
Robert W.Crapps, Perkembangan
Kepribandian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
1Dr.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996,
hal 74
2Ibid hal 74 – 75
3Ibid hal 75 – 76
4 ibid hal 76 – 77
5 ibid hal 78 – 80
6 ibid hal 80
7 ibid hal 81 – 83
8 ibid hal 84
[1]
Dr. Jalaluddin, psikologi Agama, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 1996), hal 74
[2]
Ibid., hal 74 – 75
[4]
Ibid., hal 76 - 77
[6]
Ibid., hal 80
[7]
Ibid., hal 81 - 83
[8]
Ibid., hal 84
Tidak ada komentar:
Posting Komentar